Sabtu, Februari 11, 2012

Pengembangan Wisata Religi dan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Peningkatan Kehidupan Sosial-Ekonomi (Studi Kasus di Desa Kalak Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan).

Pengembangan Wisata Religi dan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Peningkatan Kehidupan Sosial-Ekonomi (Studi Kasus di Desa Kalak Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan).
Fulia Aji Gustaman, 3501404022 (2009) Pengembangan Wisata Religi dan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Peningkatan Kehidupan Sosial-Ekonomi (Studi Kasus di Desa Kalak Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan). Under Graduates thesis, Universitas Negeri Semarang.

PDF (Pengembangan Wisata Religi dan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Peningkatan Kehidupan Sosial-Ekonomi (Studi Kasus di Desa Kalak Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan).) - Published Version
Restricted to Registered users only

Request a copy

Abstract

Sektor pariwisata merupakan salah satu sumber devisa non migas seperti jasa tenaga kerja, kerajinan tangan, transportasi lintas negara, dll. Bagi Pemerintah Indonesia, sampai dengan bulan Desember 2008, pengembangan sektor pariwisata sedang giat-giatnya dilakukan dalam rangka menghadapi peningkatan jumlah wisatawan mancanegara. Pacitan dikenal memiliki objek wisata religi, objek wisata yang dimaksud adalah Goa Kalak, Makam Gedong Kalak dan Alas Wirati. Sebagai tempat tujuan wisata, ketiga objek tersebut ternyata belum dikelola secara maksimal, baik oleh Pemerintah maupun oleh masyarakat Desa Kalak. Berdasar dari latar belakang tersebut, peneliti tertarik untuk mengetahui bagaimana strategi yang tepat bagi pengembangan potensi wisata yang ada di Desa Kalak Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan dengan melibatkan masyarakat setempat melalui program pemberdayaan masyarakat. Adapun permasalahan dalam penelitian:(1) Bagaimana tanggapan, sikap serta perilaku masyarakat dalam mengelola potensi wisata religi melalui program pemberdayaan masyarakat? (2) Apakah faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan wisata religi di Desa Kalak? Adapun tujuan dari penelitian: (1) Mengetahui tanggapan, sikap serta perilaku masyarakat dalam program pemberdayaan masyarakat untuk mengelola potensi wisata religi. (2) Mengetahui faktor-faktor pendukung dan penghambat pengembangan wisata religi di Desa Kalak. Penelitian ini menggunakan metode kualitatif. Penelitian ini dilaksanakan di Desa Kalak Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan Jawa Timur. Hasil dari penelitian ini menyebutkan bahwa Desa Kalak pada umumnya mempunyai aset pariwisata yang cukup besar. Hanya yang terjadi saat ini adalah aset-aset wisata yang ada belum berjalan secara maksimal dalam pengelolaan serta manajemen pemasaran wisata itu sendiri. Salah satu aset yang dapat dikembangkan di Desa Kalak adalah wisata religi Goa Kalak, Makam Gedong Kalak dan Alas Wirati. Masyarakat sangat mendukung program pengembangan wisata religi di Desa Kalak. Masyarakat Desa Kalak juga bersedia untuk diberdayakan guna meningkatkan kesejahteraan sosial ekonomi. Pemberdayaan masyarakat disini adalah masyarakat berwawasan wisata. Dimana dalam sebuah tempat/lokasi wisata, masyarakat harus dapat betul-betul memahami arti menjaga image tempat/lokasi wisata itu sendiri. Sehingga pengunjung yang datang akan terkesan dengan harapan akan datang kembali di lain waktu. Bentuk pemberdayaan masyarakat di sini diantaranya: Sosialisasi, pelatihan-pelatihan, menumbuhkan semangat wira usaha dan mencetak produk-produk unggulan. Hal itu sekaligus sebagai faktor pendukung dari program ini. Tetapi dalam perjalananya program ini akan mengalami hambatan diantaranya, minimnya pengetahuaan masyarakat tentang wisata, jauhnya obyek wisata dari pusat kota, sarana transportasi dan telekomunikasi yang kurang memadai dan Keterbatasan anggaran dana pemerintah Desa Kalak untuk mengembangkan program pengembangan wisata religi dan pemberdayaan masyarakat Desa Kalak. Sebagai Kesimpulan dari penelitian ini, Beberapa situs peninggalan budaya memang belum dikelola secara maksimal oleh pemerintah dan perlu dikembangkan menjadi sebuah paket wisata yang mampu bersaing di dunia pariwisata yang mampu memberikan kontribusi bagi pemerintah pada khususnya dan masyarakat desa kalak pada umumnya sehingga mampu mengangkat keadaan sosial ekonomi masyarakat yang bisa dibilang belum stabil menuju ke kondisi sosial ekonomi yang lebih mapan. Masyarakat Desa Kalak mendukung adanya program pengembangan pariwisata. Masyarakat Desa Kalak siap berpartisipasi guna terealisasinya program pengembangan pariwisata tersebut. Masyarakat Desa Kalak juga bersedia untuk diberdayakan. Pemberdayaan masyarakat di sini diantaranya: Sosialisasi, pelatihan-pelatihan, menumbuhkan semangat wira usaha dan mencetak produk-produk unggulan. Tetapi dalam perjalananya program ini akan mengalami hambatan diantaranya, minimnya pengetahuaan masyarakat tentang wisata, jauhnya obyek wisata dari pusat kota, sarana transportasi dan telekomunikasi yang kurang memadai dan Keterbatasan anggaran dana pemerintah Desa Kalak untuk mengembangkan program pengembangan wisata religi dan pemberdayaan masyarakat Desa Kalak. Saran penulis ditujukan pada Dinas Pariwisata dan pemerintah Desa Kalak pada khususnya diharapkan mengembangkan program wisata religi di Desa Kalak dengan maksimal, sehingga mampu meningkatkan kondisi sosial ekonomi masyarakat Desa Kalak. Bagi masyarakat Desa Kalak untuk ikut serta dalam mendukung program pemerintah ini, sehingga program pengembangan wisata religi dapat berjalan sesuai yang diharapkan. Masyarakat Desa Kalak harus mampu bersifat adaptif guna menyikapi perubahan sosial budaya yang terjadi, dan mampu memberdayakan segenap potensi yang ada guna terealisasinya program pengembangan wisata religi tersebut.
Item Type: Thesis (Under Graduates)
Uncontrolled Keywords: Wisata, Pemberdayaan Masyarakat, Kehidupan Sosial Ekonomi
Subjects: H Social Sciences > HM Sociology
Fakultas: Fakultas Ilmu Sosial > Pendidikan Sosiologi dan Antropologi, S1
Depositing User: Hapsoro Adi Perpus
Date Deposited: 25 Mar 2011 13:25
Last Modified: 25 Mar 2011 13:26
Sumber :   http://lib.unnes.ac.id/280/
READ MORE - Pengembangan Wisata Religi dan Pemberdayaan Masyarakat Bagi Peningkatan Kehidupan Sosial-Ekonomi (Studi Kasus di Desa Kalak Kecamatan Donorojo Kabupaten Pacitan).

SEJARAH KALAK (BABAD MAJA)


      Cerita asal mula kalak yang telah ditulis oleh Raden Gandawardaja yang ditulis dalam bahasa jawa yang diterbitkan oleh Balai Pustaka serta dicetak oleh Batavia-Centrum pada Tahun 1935. Sengaja Diposting dalam bahasa yang asli (jawa) sebagai pengingat akan budaya bahasa yang adiluhung.
     


BABAD    MADJA

ANGGITANIPOEN

R. GANDAWARDAJA


BALE POESTAKA

BATAVIA – CENTRUM
1935






Wewenangipoen ingkang ngarang kanjoman mitoeroet
Angger ingkang kapatjak staatsblad 1912 No. 600.




B A B A D    M A D J A


I.  GOEMELARIPOEN TANAH MADJA ING WEKDAL SAMANGKE
         Ingkang dipoen wastani tanah Madja poenika, ing samangke nama distrik Poenoeng, inggih poenika peranganipoen kaboepaten Patjitan ingkang tembing kilen.
Tanah Madja poenika papanipoen paraden sadaja. Tjatjahing redi kenging katemboengaken tanpa witjalan. Mila inggih pantes ing ngrikoe kawastanan tanah Redi-sewoe.
Redi-redi woe sadaja goendoel. Tanpa tetoewoehan. Kadjawi namoeng ngroempoet kemawon. Namoeng redi saoerotipoen pasisir kidoel sarta ingkang tembing ler poenika wonten wananipoen trataban sawatawis. Pesitenipoen ing ngrika-ngriki sela plester, pada tjoeri toewin siti greges. Sitinipoen ingkang loh meh boten wonten babarpisan. Lepenipoen ingkang ragi ageng namoeng satoenggal, kawastanan lepen Kladen. Lowah-lowahan ing saantawisipoen redi waoe wonten ingkang ragi lebet. Poenika samangsanipoen rending dados telaga alit. Awit saking poenika manawi ing mangsa rending ing tanah Madja ing ngrika-ngriki katah telaganipoen alit-alit.
Tetelanipoen tanah Madja sitinipoen nggares sanget sarta awis toja, poenika djalaran meh boten wonten lepen oetawi soemberipoen. Dene telaga-telaga waoe manawi mangsa ketiga ngerak meh sedaja sami asat. Ing saselaning redi ratjak sami wonten loewengipoen, oeroengan toja.                                                  
Doesoenipoen alit-alit, Sarta bale grijanipoen tetijang ing ngrikoe sanget koetjiwanipoe. Sadistrik Poenoeng boten wonten satoenggal-toeenggala tijang ingkang grija gendeng sara pager banon. Sadaja grija atep, gedeg deling, toer alit-alit. Baloengening grija awis sanget ngangge kadjeng djatos. Ingkang katah kadjeng mlandingan ingkang agengipoen namoeng sakentol oetawi salengen.
Pamedalipoen pantone sabin sarta pantone gaga bernadjek. Awit saking poenika tetijang ing ngrikoe panenanipoen sekol wos ing dalem sataoen kirang langkoeng namoeng tigang woetan. Dene ingkang sangang woelan namoeng tiwoel, inggih poenika sekoel katela kaspe, sarta sekoel djagoeng toewin pala kapendem wedalipoen pemahan kadosta : oewi, gembili, soeweg, tales toewin koeloeban.
Pantjen inggih anggoemoenaken kadospoendi nalaripoen dene papan kados makaten teka dipoen grijani tijang, mangka awis teda, awis kadjeng, sarta awis toja. Jen noedjo mangsa katiga ngerak, wonten ing doesoen pangoepadosipoan toja ngantos lampahan gangsal pal oetawi langkoeng.
Ing sadjatinipoen ningali saking bale-pagrijan, teda toewin panganggenipoen tijang ing distrik Poenoeng sanget malaratipoen tinimbang kalijan tijang sanes nagari. Ananging meh saben tijang gadah maesa, lemboe toewin kapal. Malah ing doesoen Karangendeng wonten tijang wasta Karsadrana. Poenika radjakajanipoen wonten 580, maesa 300, kapal 80. Kadjawi poenika katah kemawon tijang ingkang gadah maesa, lemboe toewin kapal ngantos 30, 40, 50 oetawi 60 idji.
Wiwit kala roemijin ngantos ing dinten poenika radjakaja ing poenong ingkang kasade ing tijang sanes nagari, radjakaja sapeken, maesa, lemboe toewin kapal, kirang langkoeng 160 idji.
Soeprandene tijang ing ngrikoe boten kapedjahan bibit, sarta katahing radjakaja boten soeda. Dados tetela asilipoen distrik Poenoeng ingkang ageng pijambank radjakaja.
Kapal wedalan ing Madja alit-alit, nanging koewat sanget, ringas sarta saketja toempakanipoen. Awit saking poenika kapal wedalan Madja misoewoer ing  sanes nagari. Dene ing wektoe poenika kapal Madja sampoen risak, tegesipoen ing ngrikoe awis sanget wonten kapal ingkang sae.
Wondene anggenipoen kapal wedalane ing ngrikoe saged koewat sarta ringas, poenika tjoendoek kalijan papanipoen. Awit pangombaripoen kapal ngrika-ngriki sangat omberipoen. Roempoetipoen sae. Koelinanipoen kapal waoe wiwit belo tansah minggah  medoen sarta ngambah sela pletes, krijak sarta siti greges, ingkang amoeroegaken koewat sarta anggatosaken tratjakipoen.
Redi-redi ing tanah Madja katah ingkang wonten arangipoen sela. Tijang ing ngrikoe mastani : watoe ambar, ananging areng sela waoe boten sae jen kabesmi jatoenipoen boten benten djalaran ngrokos.
Distrik poenoeng poenika wiwit djaman poerwa mila ngantos ing djaman sapoenika, boten nate kaenggenan nagari oetawi padoesoenan ingkang redja. Wewinihipoen tetijang ingkang gegrija ing ngrikoe poenika saking pangenten-inten lepatipoen tijang pladjengan ingkang
      dosa ing ratoe, inggih tijang ingkang loemoeh njanggi pakarjan nagari, trimah neda sakedik nanging boten wonten ingkang moenasika. Sanes-sanesipoen inggih poenika tijang ingkang nedya tapa misah saking karamean. Awit sampoen saestoe boten wonten  pangageng nagari ingkang poeroen njaroewe. Djalaran  tanah Madja waoe tanah pareden ingkang tebih saking ler kidoel. Marginipoen sakalangkoeng roempil. Tijangipoen sakedik. Asil pawedalipoen siti boten wonten.

II.                TJARIJOSIPOEN DOESOEN MADJA KALIJAN DOESOEN MALINGMATI

      Doesoen ingkang kina pijambak wiwit saking djaman Boeda namoeng kekalih. Satoenggal doesoen Madja. Kalih doesoen Malingmati. Ingkang  dados gegoenoenganipoen kaseboet Kijai Ageng. Pangagengipoen ing doesoen Madja kaseboet Kijai Ageng Madja. Dene pangagengipoen doesoen Malingmati, kaseboet Kijai Ageng Malingmati.
     Prenahipoen doesoen Madja  poenika kalijan doesoen Malingmati kaeletan ing lepen alit. Doesoen Madja kaprenah saler lepen, doesoen Malingmati kaprenah sakidoel lepen.
    Ing salami-laminipoen tanah Madja kabawah dating pangageng kekalih poenika. Sarta boten katjarijos kabawah dating ing poendi-poendi. Kijai Ageng Malingmati boten wonten gantjaripoen tijang saking poendi. Nanging njai Ageng Madja ingkang sapisan poenika katjarijos poetranipoen ratoe ing Madjapait, inggih poenika ratoe Madjapahit ingkang pepoetra satoes salapan, Kjai Ageng Madja ingkang katjarijos poenika toeronanipoen njai Ageng Madja poetra ing Madjapait waoe. Mila tanah ing ngrikoe kawastanan tanah Madja, awit mitoroet namanipoen njai Ageng Madja. Dene mila kawasan Pringkoekoe, awit ing ngrikoe wonten toewoehanipoen deling pring koekoe. Tanah Madja oetawi tanah Pringkoekoe oegi dipoen wastani tanah Poenoeng. Temboeng Poenoeng waoe tjarijosipoen tijang ngrikoe, saking temboeng toempoekaning goenoeng, oetawi eompoening goenoeng. Mila kawastanan makaten awit ing ngrikoe prasasat kadaton redi.
     Kijai Ageng Madja tansah roekoen sae kalijan Kijai Ageng Malingmati. Doesoen Madja sarta doesoen Malingmati prasasat dados satoenggal.
      Anoedjoe satoenggaling dinten Kijai Ageng Madja kesah dating wana. Ingkang estri tengga grija. Sapengkeripoen ingkang djaler njai Ageng Madja kasoekan anggender sarwi sesindenan wonten salebetipoen grija wingking. Katjarijos njai Ageng poenika poetoes dating ing gending saha wasis sanget oelah karawitan. Ing salebetipoen njai Ageng Madja genderan toewin sesindensn waoe ing djawi wonten tamoe djaler satoenggal, wasta kijai santri. Kijai Santri sanget katjarjan ing manah mireng swantening gender ingkang kataboeh prasasat rinding. Saking sanget kawilet ing lagoe ingkang noedjoe prana, boten saranta kijai Santri ladjeng malebet ing grija tanpa sraba. Sarta ladjeng anggerongi oetawi angjenggaki anggenipoen lelagon njai Ageng Madja. Dene njai Ageng Madja saking kapiloet ing wiletaning anggenipoen lelagon ngantos kalimpoet ing saliring kajatnan, oegi boten soemerep datenging kijai Santri.
      Boten katjarijos ingkang sami saketja lelangen agegerongan. Kotjapa kijai Ageng Madja mantoek saking wana.  Sadoemoginepoen ing grija soemerep nalar makaten poenika sanget ing napsoenipoen. Tjiptaning manah : ingkang estri temtoe lambing-sari kalijan tijang djaler ingkang wonten pendapi poenika. Mila boten saranta kijai Santri ladjeng kalarejan ing waos dadanipoen watgata teroes ing walikat. Sasampoenipoen makaten ladjeng melebet ing grija amredjaja ingkang estri ingkang taksih saketja gegenderan.
     Engkang estri ladjeng pedjah sanalika. Dene kijai Ageng Santri dereng pedjah. Kijai Santri ngoewoeh-oewoeh dating kijai Ageng Madja. Kijai Ageng Madja anjelaki. Kijai Ageng Santri witjanten : …“ Kijai Ageng Madja, kowe ikoe mateni wong tanpa dosa . “
Kijai Ageng Madja mangsoeli sendoe : … “ Heh wong tjidra, wong angkara, kowe bias tjalatoe tanpa dosa, apa kowe ora roemangsa dosamoe kokgendeng, koindit meksa ngarani tanpa dosa. Apa kowe ora woes tjidra resmi marang bodjokoe ? ”
      Kijai Santri mangsoeli kanti temboeng aris oelat manis :  “ O..mangkono pangiramoe. Nanging ikoe loepoet. Mara delengen akoe daksaweh tanda jekti moenggoeh soetjine boedi kalakoeankoe. Akoe pasangoeri dak pinta ing dewa kang adi soekmana kang linoewih, jen akoe njata resik tanpa dosa, getihkoe maliha dadi poetih. “ Tjep kendel witjatening kijai, sadaja erah malih dados erah petak, sarta gandanipoen kados djebat kastoeri. Sareng kijai Ageng Madja soemerap nalar kados makaten poenika, sanget ngoengoentri pandoerat tan kena angling woesana ladjeng angrangkoel soekoenipoen kijai Santri kalijan ngrerepa saha neda pangapoenten sakatah-katah. Soemawana pitaken nama toewin pinangkanipoen.
      Kijai Santri amangsoeli : … “ Arankoe kijai Santri, wong mendang kaboer kanginan, kandang langit kemoel mega. Kowe adja soemelang apa-apa, tegese akoe ora pisan lara atikoe, toewin ora nedya males ala marang kowe, djalaran woes pinasti karsane dewe kang adi soekmana kang linoewih, jen ing dina iki akoe toemeka ing  djandji moelih marang kadewataan, djalaran saka tanganmoe. Ora loewih jen akoe woes mati, lajonkoe petaken ana ing desa kene, soepaja ing tembe ditindjo oetawa tinoewi-toewi dening anak poetoekoe kang pada nedya andjaloek pandonga marang akoe. “  Saksampoenipoen makaten kijai Santri toemenga ing ngakasa ladjeng toemoengkoel mesem kaping tiga, wasana merem les ladjeng pedjah.
     Kijai Ageng Madja sanget trejoehipoen manah miwah kadoewoeng ing salelampahipoen. Ananging ladjeng kapoepoes, jen sadaja mosiking manoengsa atas saking djawata di. Lajaning kijai Santri ladjeng dipoen penedi. Sasampoening paripoerna ladjeng kapetak wonten ing doesoen ngrikoe, mitoeroet kados pitoeng kasipoen kijai Santri. Wiwit ing kala samanten dating makamipoen kijai Santri waoe boten ngemoengaken tijang ing tanah ing tanah Madja dening tijang alit kemawong, dalah tijang saking mantja nagari toewin para bandara darah Mataram katah ingkang sami tirakat wonten ingrikoe. Nanging para bandara ingkang tirakat ing ngrikoe wade sarta angloegas raga amboetjal prabeting satrija.
     Katjarijos kijai Ageng Malingmati sanget seriking manahipoen dena anakipoen estri kapedjah tanpa dosa dening kijai Ageng Madja. Nalar makaten waoe dados wewinihipoen satron ingkang sanget. Awit saking poenika kijai Ageng Malingmati ladjeng prasapa, ing satoeroen-toeroenipoen sampoen ngantos bebesan kalijan tijang ing saleripoen lepen. Awit tijang saler lepen poenika watekipoen boetadjengan, brangasan toer tjekak ing boedi. Makaten oegi kijai Ageng Madja inggih andawoehaken ipat-ipat, ing satoeroenipoen sampoen ngantos bebesanan kalijan tijang sakidoel lepen, awit tijang sakidoel lepen watakipoen tjidra. Wiwit kala semanten ngantos ing djaman sapoenika tijang doesoen Madja boten wonten ingkang poeroen bebesanan kalijan tijang ing doesoen Malingmati. Katjarijos oepami wonten tijang ingkang poeroen naradjang wewaler waoe, temahipoen boten sae. Lepatipoen pedjah salah satoenggal, inggih pegatan. Sampoen dilalah kedah wonten nalaripoen ingkang adamel boten djoedjoeripoen djejodoan.
     Ing  jaman sapoenika manawi wonten tijang ing doesoen Madja bebesanan kalijan tijang doesoen Malingmati, pangarakipoen panganten boten kasabrangaken ing lepen ingkang dados pangipat-ipat waoe, ananging kaingeraken sanes margi. Sampoen ngantos anglangkoengi lepen waoe. Amrihipoen sageda lepat saking cepata.
     Katjarijos kijai Ageng Madja gadah siti pasabinan toewin pategilan wonten ing kidoel lepen, makaten oegi kijai Ageng Malingmati inggih gadah siti pasabinan wonten ing ler lepen. Ing nalika kijai Ageng Madja taksih tepang sae kalijan kijai Ageng Malingmati, panggarapipoen siti waoe sanget soesahipoen. Awit manawi tijang Madja anggarap sabin dating kidoel lepen, ladjeng dipoen aroe-biroe dening tijang ing Malingmati. Makaten oegi manawi tijang Malingmati anggarap sabin dating ler lepen, inggih dipoen bendjet dening tijang Madja. Nalar makaten waoe saja lami saja sanget, ngantos tijang Madja manawi bade anggarap sabin dating kidoel lepen, oetawi tijang Malingmati jen bade anggarap sabin dateng ler lepen, kedah ambekta tijang katah sarta sami sikep ing dedamel, estanipoen kados tijang bade perang.
     Lami-lami kijai Malingmati gadah paneda dating kijai Ageng Madja, siti ingkang wonten kidoel lepen tetepa dados gegadahipoen tijang Malingmati, ingkang wonten ing ler lepen  tetepa dados gadahanipoen tijang Madja. Mila makaten soepados anggampilaken panggarap sara anjirep sesatron ingkang ambebajani. Rembagipoen kijai Ageng Malingmati waoe dipoen pitoeroeti dening kijai Ageng Madja, saha ladjeng kaleksanan, sabin ing Madja ingkang wonten kidoel lepen tetep dados sabinjipoen tijang Malingmati. Dene sabinipoen tijang Malingmati ingkang wonten ing ler lepen, tetep dados sabinipoen tijangMadja. Salajengipoen wiwit lintonan sabin poenika ngantos ing dinten poenika, tijang Madja mantoen satron kalijan tijang Malingmati. Ing nalika  kijai Ageng Madja sampoen sepoeh, kaseboet ing Ngaren, oetawi kijai Bodo ing Madja.
Toeroenipoen kijai Ageng Madja toewin kijai Ageng Malingmati boten katjarijos.

III.             RADEN PRAWIRAJOEDA, POETRA MADJAPAIT, DIPOEN PADOSI INGKANG RAMA DATENG ING TANAH MADJA.

     Katjarijos pandjenenganipoen praboe Brawidjaja ingkang wekasan, kagoengan garwa padmi saking Tjempa, nama Dwarawati, oegi kagoengan garwa paminggir.
     Garwa padmi toewin garwa paminggir waoe sami anggarbini. Anoedjoe satoenggiling dinten garwa padmi lenggah wonten ing taman, ing sangandaping sekar Nagasari sarta dipoen oelik dening garwa paminggir ingkang pratelakaken ing nginggil. Ing salebetipoen oelik waoe akanti imbal laras awarni-warni. Wasana sang prameswari katawengan ing penggalih, ladjeng kawedal pangandikanipoen makaten : “ Mbesuk menawa anggonkoe anggarbini iki metoe wadon, sarta enggonmoe angandeg metoe lanang, ajo pada bebesanan bae.”  Ingkang kedawoehan matoer noewoen sarta njandikani. Poenika malih memoedji soepodos pangadjeng-adjeng waoe djinoerong ing karsaning dewa. Ing wektoe poenika wonten swanten goemleger, geter pater dedet erawati ngakak. Ebahing djagad ingkang makaten waoe -estanipoen kados anekseni setyaning pradjandjian.
     Boten antawis lami anggenipoen anggarbini sang prameswari ambabar poetry sakalakoeng endahing warni. Garwa pangrembe ambabar poetra kakoeng sakalakoeng pekik ing tjitranipoen. Lestantoen poetra lan poetry waoe wilodjeng ngantos ing diwasa.
    Ing sasampoenipoen poetra kekalih waoe sami diwasa, karsaning prameswari bade kadaopaken. Awit sampoen dados oebajanipoen nalika anggarbini. Adjrih sesikoening dewa jen ta angjeleda pangandika ingkang sampoen kawedal.  Poenapa malih karsanipoen ingkang iboe makaten poenika. Ananging praboe Brawidjaja sanget anggenipoen boten kapareng dating karsanipoen sang prameswari ingkang makaten poenika. Awit boten wonten tjaranipoen tijang palakrama angsal saderek pijambak.
Anoedjoe satoenggiling dinten ing wantji daloe poetra kekalih waoe sami lolos saking kadaton Madjapait, kesah sapoeroeg-poeroeg. Ing saladjengipoen ngenger dating kijai Ageng Boejoet ing Ngaren, inggih kijai Bodo ing Madja, inggih kaseboet Kijai Ageng Madja. Sarta nalika doemoegi ing ngrikoe poetra lan poetry waoe sampun dados garwa, nama raden Prawirajoeda.
Kijai Ageng Madja priksa jen raden Prawirajoeda poenika sanes tijang sembarangan. Ananging boten priksa lan boten nginten pisan-pisan jen poetraning  ratoe. Mila wontenipoen ing ngrikoe ladjeng karengkoeh kados anakipoen kemawon. Dipoen ken gaga oetawi nenanem teneman sanesipoen, sarta anggarap padamelan kados dene anak-anakipoen.
     Ing salolosipoen poetra kalih waoe praboe Brawidjaja sanget ngoengoening penggalih. Sarta ladjeng oetoesan angoepadosi. Dawoehipoen dating ingkang dipoen oetoes, ing poendi anggenipoen kapanggih, soepados ladjeng anjaosi pirsa. Awit sang praboe pijambak bade kersa tedak amondongi ingkang poetra.
     Boten antawis lami oetoesan waoe angsal titikan, manawi poetra lan poetri ingkang sami lolos waoe samangke ngenger dating kijai Ageng Madja, sarta nama raden Prawirajoeda. Poenapa malih poetra lan poetry sampoen dacep dados garwa. Oetoesan waoe ladjeng nerangaken. Sasampoenipoen jakin ladjeng mantoek ing Madjapait. Angoendjoeki pirsa ing sang praboe.
Sareng sang praboe tampi atoeranipoen oetoesan, sanget bingah sarta soekoer ing dewa dene potranipoen kekalih pisan taksih sami rahardja, sarta sampoen kantenan ing doenoengipoen. Ing wektoe poenika oegi sang praboe ladjeng tedak dating ing grijanipoen kijai Ageng Madja. Namoeng dipoen derekaken dening abdi sawatawis. Kersanipoen bade amondengi poetranipoen.
    Sareng sang praboe sampoen rawoeh ing grijanipoen kijai Ageng Madja, ladjeng andangoe. Pangandikanipoen : “ Kijai apa njata kowe dingengeri botjah lanang wadon aran raden Prawirajoeda ? “ Kijai Ageng Madja amangsoeli : “ Noewoen inggih makaten goesti.”
Sang praboe ngandika malih : “ Wroehanamoe, botjah ikoe loro pisan anakkoe, lan saiki ana ing ngendi ? “
     Kijai Ageng Madja sanget ngoengoening manah, Matoer ing sang praboe Brawidjaja sarwi angrerepa. Temboengipoen : “ O .. Goesti, moegi linepatna ing bebendoe dalem, abdi dalem boten pirsa pisan-pisan jen raden Prawirajoeda poenika poetra dalem. Awit saking poenika pangrengkoeh kawoela ing poetra dalem namoeng abdi dalem predi anggarap padamelan among kisma ing pagagen. Mila sakatahing kalepatan kawoela moegi wontena ing pangapoenten dalem.”
     Sang praboe ngandika kalijan renaming panggalih : “ Ija kijai Boejoet, prakara ikoe kabeh ora dadi apa. Malah agawe kasenengakoe. Apa maneh ingsoen asoeng panarima ing kowe, dene kowe woes angoekoep sarta anggoela-wentah marang potraningsoen. Ora loewih saiki poetraningsoen soesoelen marang pagagan. Toetoera jen akoe teka ing kene sarta deweke daktimbali.”
     Kijai Ageng Madja matoer sandika. Ladjeng bidal ing pagagen. Sadoemoeginipoen ing pagagan ladjeng pinanggih raden Prawirajoeda ingkang pinoedjoe saweg matoen gaga kalijan ingkang raji.
Raden Prawirajoeda ing batos sanget kaget aningali datengipoen kijai Ageng Boejoet, dene pijambakipoen dateng ing pagagan agoerawalan. Poenapa malih sareng pirsa poetranipoen sanget beda kalijan adat saben. Kijai Boejoet matoer sarwi anjembah dateng raden Prawirajoeda, temboengipoen : “ Gusti, kawoeningana ing pandjenengan dalem, jen rama dalem ingkang sinoehoen ing Madjapait tedak ing padepokan koela preloe bade ambojongi sarira dalem sakalijan.”
      Raden Prawirajoeda esmoe kaweken sarta ngoengoen ing panggalih. Wasana ladjeng amangsoeli. Temboengipoen : “ Kaki, kowe moeliha disik. Sembah soengkem oendjoekna ing kandjeng rama. Dene akoe ditimbali ija sandika. Mengkoe sadela akoe bakal seba. Mara, dikebat moeliha disik, adja kasoewen ana kene, Manawa dadi pangadjeng-adjeng rama.”
     Kijai Boejoet mitoeroet sapakenipoen raden Praworajoeda. Sadoemoegonipoen ing grija ladjeng mondjoek ing sang praboe, angandaraken soelanging lampah. Praboe Brawidjaja sakalakoeng bingahing pangalih midanget atoeripoen kijai Boejoet. Awit tjiptaning panggalih boten dangoe malih bade kapanggih ingkang poetra.
Ing sapengkeripoen kijai Madja, raden Prawirajoeda kalijan ingkang raji ladjeng lolos saking pagagan. Oempetan wonten ing wana ingkang boten tebih saking ngrikoe. Awit sedyanipoen loemoeh sanget kapanggih ingkang rama. Soemelanging manah bokbilih kabekta kondoer dateng Madjapait. Jen kaleksanan kados makaten, saiba bade wirangipoen.
      Sampoen doemoegi mangsanipoen pangadjeng-adjeng, nanging raden Prawirajoeda dereng wonten dateng. Mila praboe Brawidjaja ladjeng oetoesan angenggalaken. Awit sang praboe sampoen sakalangkoeng oneng dateng ingkang poetra. Oetoesan enggal ladjeng bidal dateng ing pagagan. Ananging ing sadoemoeginipoen pagagan sepen, mila inggih ladjeng tjangkelak wangsoel. Ngoenjoeki pirsa ing sang praboe.
     Praboe Brawidjaja sanget ngoengoen midanget atoering oetoesan. Wasana ladjeng andawoehaken dating para abdi toewin kijai Ageng Madja, ngoepadosi ingkang poetra ngantos kapanggih.
Kijai Ageng Madja sabrajatipoen toewin abdi ing Madjapait sawatawis ladjeng sami mangkat ngoebres ing wana miwah ing djoerang-djoerang, ngoepadosi raden Prawirajoeda. Ing ngrikoe wonten abdi ing Madjapait wasta Demang Prawiramantri, saget kapanggih kalijan raden Prawirajoeda, pinoedjoe mantjing wonten sapinggiring lepen alit. Demang Prawiramantri ladjeng matoer, Temboengipoen : “ Goesti, pandjenengan dalem sakalijan raji dalem sapoenika oegi dipoen timbali rama dalem Ingkang sinoehoen,”
      Raden Prawirajoeda mangsoeli : “ Wroehanamoe Demang Prawiramantri, akoe iki isih nglakoni ora kena katemon rama iboe toewin sanak-sadoeloer. Dene nggonkoe moedar tapa sesoek wajah bedoeg. Awit saka ikoe, kowe moendjoeka kandjeng rama, jen ing dina iki akoe doeroe bias seba, Djalaran isih nglakoni. Sesoek wae wajah bedoeg awan kowe dewe tekaa ing kene, metoeka ing akoe. Ing kono akoe bandjoer sowan kandjeng rama, bareng-bareng karo kowe.”
Demang Prawiramantri ladjeng wangsoel. Sowan ing sang praboe. Angondjoekaken selahing lampah. Sang praboe sakalangkoeng bingah ing panggalih. Awit sadaja atoeripoen raden Prawirajoeda waoe kagalih tetep.
   Ing dina titimangsaning oebaja, praboe Brawidjaja Ngandika dating kijai Ageng Madja, pangandikanipoen makaten : “ Kijai Boejoet, sagotrahmoe pada anderekna tedak-ingsoen, awit ingsoen arsa mondongi potraningsoen si koeloep toewin si ebeng.” Saha andawoehaken dateng abdi ing Madjapait sadaja kinen anderek. Saha njadijani titihan kapal toewin tandoe bade kagem poetra dalem sakalijan.
     Katjarijos sang praboe ladjeng tedak. Kaderekaken abdi ing Madjapait sadaja toewin kijai Ageng Madja sagotrahipoen. Sadoemoegining panggenan anggenipoen djandji raden Prawirajoeda kalijan Demang Prawiramantri sampoen kepanggih sepen. Awit sapengkeripoen Demang Prawiramantri, raden Prawirajoeda ladjeng ontjat saking ngrikoe dating wana Ngretati. Sang praboe sanget ngoengoen ing penggalih. Wasana ladjeng neges karsaning dewa. Sampoen pinasti karsaning hjang Soekma kawekas, jen sang praboe dereng mangsanipoen saged kapanggih kalijan ingkang poetra. Dene jen meksa bade kapanggih saged, ananging karaton ing Madjapait bade risak. Awit saking poenika sang praboe narimah pepasten dewa. Ladjeng andawoehaken dating kijai Ageng Madja. Pangandikanipoen : “ Kijai , kali lan alas iki dakdjenengake Lirabaja, tegese angelirake oebaja, oetawa njidrani djandji. Lan maneh pandjenenganingsoen bandjoer koedoer ing Madjapait. Ananging sapoengkoeringsoen kowe banjoer anggolekana poetraningsoen. Manawa wis katemoe kowe enggal sowana marang ing Madjapait.”
      Kijai Ageng Madja moendjoek sandika. Sang praboe ladjeng koendoer ing Madjapait.Wiwit kala samanten ngantos doemoegi sapoenika lepen toewin panggenan ing ngrikoe nama lepen toewin wana Lirabaja.

IV.   RADEN PRAWIRAJOEDA INGGIH GOESTI KALAK, WONTEN ING DOESOEN NGRETATI.

     Ing sapengkeripoen praboe Brawidjaja, kijai Ageng Madja ladjeng ngoepadosi dating raden Prawirajoeda. Boten antawis lami pinanggih sampoen dedoekoeh wonten ing wana Ngretati, oetawi ing Kalak. Wiwit ing dinten waoe Reden Prawirajoeda kaseboet Goesti Kalak saha kaanggep Ratoe dening tijang ngrikoe.
       Sasampoenipoen terang tanah prenahipoen toewin doenoengipoen Goesti Kalak, kijai Ageng Madja ladjeng tata-tata bade sowan ing Madjapait, angoendjoeki pirsa dating sang praboe.
Menggah rerontjenipoen boten katjarijosaken. Kijai Ageng Madja sampoen doemoegi ing nagari Madjapait saha ladjeng malebet ing kadaton. Ing nalika lampahipoen malebet ing kori gapit, ladjeng katjepeng, sarta dipoen winajoengjoen dening kantja kemit boemi ingkang sami djagi kori gapit. Djalaran, ingkang sapisan panganggenipoen kijai Ageng Madja sarwa kadoet. Kaping kalih, wewangonanipoen boten memper kalijan tijang ing Madjapait. Dados dipoen kinten bilih poenika pandoeng agoena oetawi telik sandi oepaja.
      Bebestan waoe ladjeng kalaporaken ing kepatihan. Saladjengipoen kondjoek ing sang praboe.
Sareng kijai Ageng Madja katjaosaken ing ngarsaning sang praboe, sang praboe boten kasamaran jen ingkang dipoen winajoeng-joeng poenika kijai Boejoet ing ngaren. Mila enggal ladjeng andikakaken angloewari. Saha ladjeng pinarpekan dening sang praboe. Tanpa ngandika ladjeng dipoen kanti kabekta malebet ing kadaton. Para mantri boepati ingkang sami soemewa sami tjing sadaja. Saha  boten wonten ingkang saged andoegi ing karsanipoen sang nata, djalaran dereng sami soemerep moelaboekanipoen.
Sadoemoeginipoen ing karataon kijai Ageng Madja ladjeng kaparingan santoen pangangge sarwa adi, toewin kaprenahaken ing panggenan ingkang saketja toewin pantes.
      Sasampoenipoen ing karaton kijai Ageng Madja santoen pangangge sarta tentrem ing manah, ladjeng katimbalan loemebet ing kadaton. Awit saking karsanipoen sang nata, kijai Ageng Madja kakarsakaken lenggah djajar kalijan sang praboe saha sang prameswari. Wasana sang praboe andangoe bab ingkang poetra. Kijai Ageng Madja angandaraken poenapa kawontenanipoen sadaja. Sang praboe toewin sang prameswari sakalangkoeng soeka saha soekoer ing jawata dene ingkang poetra kalih pisan sampoen kantenan doenoengipoen. Poenapa malih kadjen kacermatanipoen anetepi kados poetraning ratoe.
     Kijai Ageng Madja sanget dipoen sihi ing sang praboe. Sarta wontenipoen ing kadaton Madjapait sakalangkoeng kadjen saha sinoeba-soeba. Menggah laminipoen kijai Ageng Madja wonten ing kadaton boten katjarijos.
     Anoedjoe satoenggaling dinten kijai Ageng Madja katimbalan ing sang praboe, sarta kadawoehaken makaten : “ Kijai, woea tjoekoep lawase anggonmu ana ing kadaton. Moelane saiki betjik kowe moeliha. Ora loewih moenggoeh pandjaga lan panggadarenamoe marang poetraningsoen sakarone, masa bodoa ing kowe. Dene jen kowe woes teka ing omahmoe, kowe toemoeli balia mrene. Anak bodjomoe gawanen seba ing ngarsaningsoen. “
     Kijai  Ageng moendjoek sandika, Toemoenten pamit mantoek oegi kalilan sarta kaparingan sangoe ing satjekapipoen.
     Lampahipoen kijai Ageng Madja sampoen doemoegi ing Madja kalajan wiloedjeng. Ladjeng sowan dateng goesti Kalak. Angandaraken poenapa ingkang sampoen kalampahan. Goesti Kalak sanget bingahing penggalih. Awit roemaos jen wiwit ing dinten poenika anggenipoen dedoekoeh wonten ing Ngretati saged tetep. Djalaran sampoen dados kaparengipoen ingkang rama saha ingkang iboe, jen sariranipoen kalestantoenaken manggen wonten ing ngrikoe. Mila pambabadipoen wana ladjeng dipoen santosani, sarta ladjeng misoewoer ing tanah Samboejan sapitoeroetipoen, jen poetranipoen sang praboe Brawidjaja wonten ingkang babad  wonten ing wana Ngretati. Awit saking poenika katah tijang saking tanah Samboejan toewin ing Pengging sami  bojong anderek bade wonten ing Ngretati. Boten antawis lami doekoehan ing Ngretati dados redja. Goesti Kalak kanggep ratoe dening tijang ing ngrikoe, poenapa malih dalemipoen kaseboet : kadaton ing Ngretati. Kijai Ageng Madja kalijan kijai Ageng Malingmati toewin tijang satanah Madja sadaja sami ngidep sara nganggep ratoe dateng Goesti Kalak.
Noedjoe satoenggaling dinten kijai Ageng Madja sowan ing Goesti Kalak. Preloe ngatoeri oeninga sarta pamit pijambakipoen bade sowan ing Madjapait. Goesti Kalak anajogjani bade pisowanipoen waoe. Sarta pawartos bab sariranipoen kaoendjoekipoen dateng sang praboe kaborongaken ing kijai Ageng Madja.
     Sasampoenipoen makaten, kijai Ageng Madja sak anak rajatipoen ladjeng bidal dateng ing Madjapait. Menggah rerontjenipoen boten katjarijos.
     Kijai Ageng Madja sampoen sowan ing sang praboe saha katampi kalajan renaming penggalih. Meh saben dinten sang praboe lelenggahan wonten salebeting kadaton, imbal pangandika kalijan kijai Ageng Madja. Andangoe bab ingkang kalampahan dateng ingkang poetra sakalijan. Kijai Ageng Madja ngoendjoeki priksa wiwitan ngantos wekasan. Sang praboe sanget soeka amirengaken atoeripoen kijai Ageng Madja. Saha andawoehaken, jen ing sapoenika tanah Madja sadaja kaparingaken dateng Goesti Kalak. Poenapa malih adegipoen karaton ing Ngretati oegi sampoen dados kaparenganipoen sang praboe.
    Boten katjarijos pinten laminipoen kijai Ageng Madja wonten ing nagari Madjapait. Anoedjoe satoenggaling dinten kijai Ageng Madja saanak rajatipoen katimbalan ing sang praboe. Kadawoehan makaten : “ Kijai, sarehne kowe wis lawas ana kadaton, saiki kowe ingsoen lilani moelih menjang Madja. Iki ana gandjaraningsoen. Kowe lan anakmoe lanang pada ingsoen tarimani momongan, garwaningsoen paminggir. Nanging kawroehana, garwaningsoen paminggir kang ingsoen patedakaken ing kowe, ing saiki lagi ngandeg. Moelane den saranta. Poma adja katjedaki sadoeroenge lair djabang-baji. Ing tembe Manawa baji woes lair, akoenen dadi anakmoe, darapon Manawa salamet, ing tembe dadia widji ana ing tanah Madja. Jen lair lanang, djenengne raden Lemboepeteng, dene jen lair wadon djenengna sakarepmoe.”
      Kadjawi poenika sang praboe maringgi radja-brana katah awarni-warni dateng kijai Ageng Madja. Kijai Ageng Madja sanget soeka bingah toewin sanget ing panoewoenipoen dateng sih kadarmanipoen sang praboe ingkang samanten agengipoen poenika.
      Sasampoenipoen ngandika dateng kijai Ageng Madja, ladjeng ngandika dateng njai Ageng Madja : “ Njai, kowe adja tjilik atimoe lan adja soemelang, kang djalaran bodjomoe ingsoen tarimani garwaningsoen paminggir.  Pamoendoetingsoen, adja pisan-pisan korengkoeh maroe, ananging rengkoehen sadoeloer wadon. Apa maneh ingsoen nitipake potraningsoen kang saiki lagi dikandoet. Jen kelakon bisa lair kalawan salamet, rengkoehen kaja anakmoe dewe. Soemawana garwaningsoen paminggir kang ingsoen tarimakaken marang anakmoe, adja pisan kowe rengkoeh mantoe. Ananging rengkoehen kaja anakmoe wadon. “ Poengkasaning dawoeh sang praboe aparing gandjaran pangangge toewin barana dateng njai Ageng Madja. Njai Ageng Madja moendjoek sandika saha sanget ing panoewoen, saha njandikani bade angestokaken poenapa dawoehipoen sang praboe. Sang praboe toemoenten andawoehaken timbalan malih dateng kijai Ageng Madja : “ Kadjaba saka ikoe, kijai, ingsoen kirim marang poetraningsoen, goestimoe ratoe ing Ngretati, kajata kepek isi djimat, wangkingan aran kijai Djaroeman, panganggo toewin radja-brana, apa maneh kebo, sapi lan betjiking djaran weton Madja. Lan maneh iki lajangingsoen paringna marang goestimoe. “ Kijai Ageng Madja moendjoek sandika ladjeng kalilan mantoek.
      Kijai Ageng Madja saanak rajatipoen sampoen doemoegi ing grija kalajan wiloedjeng. Boten watawis lami bodjonipoen tariman saking Madjapait waoe gadah rentjang lare medal djaler, saha ladjeng kanamakaken raden Lemboepeteng. Menggah saleresipoen ingkang katarimakaken dateng kijkai Ageng Madja waoe dede garwa paminggir, ananging namoeng manggoeng kemawon. Bade ladjeng kapoendoet garwa pangrembe, sang praboe kirang resep ing panggalih. Mila inggih ladjeng katarimakaken dateng kijai Ageng Madja.
         Kijai Ageng Madja ladjeng sowan ing Goesti Kalak, angatoeri oeninga bab anggenipoen sowan ing Madjapait, miwiti ngantos makasi. Ladjeng amaringaken pakintoenipoen sang praboe warni-warni toewin serat. Sasampoenipoen goesti Kalak maos seratipoen ingkang rama, ladjeng anampi barang kintoenan waoe, kadosta, kepek isi djimat toewin sanes-sanesipoen. Sadaja tjotjog kados ing kang kawrat ing serat. Namoeng wangkingan kijai Djaroeman boten wonten. Goesti Kalak andangoe : “  Kabeh pakintoene kandjeng rama woes tjotjok karo kang kamot ing lajang. Moeng prakara wangkingan kijai Djaroeman, ing lajang kaseboet, ananging woedjoede ora ana, ikoe kaprije.” Kijai Ageng Madja rewa-rewa andjoemboel kalian mangsoeli : “… Lo, geseh kados poendi, Goesti saking roemaos kawula sadaja paringipoen rama dalam boten wonten ingkang kawoela oentet. Inggih poenika woedjoedipoen sadaja ingkang koela tampi saking rama dalem. Ewadene pangandika dalem wonten ingkang kirang, mbokbilih saking kalidon anggenipoen maringaken, ing serat sampoen kaserat nalika maringaken kesoepen. Mila bab poenika  prajogi kawoela sowan malih ing Madjapait, anerangaken prakawis wangkingan kijai Djaroeman. Awit temenipoen kawoela pantjen dereng nampeni wangkingan waoe.”
Goesti Kalak ngandika : “ Ija betjik mangkono, kijai, kowe toemoeli mangkata menjang Madjapait moempoeng isih idoe anget.” Kijai Ageng Madja matoer sandika, ladjeng njoewoen pamit mantoek. Oegi sampoen kalilan.
        Sejektosipoen wangkingan kijai Djaroeman waoe pantjen kacentet dening kijai Ageng Madja. Sadoemoeginipoen ing grija kijai Ageng Madja boten pantos lami raden Lemboepeteng tilar donja. Ladjeng kakoeboer wonten ing doesoen Madja. Ngantos samangke makamipoen raden Lemboepeteng waoe dados pepoendenipoen tijang tanah Madja.
Goseti Kalak tansah angadjeng-adjeng katerangan bab wangkingan kijai Djaroeman.  Nanging tanpa wasana. Awit sadjatosipoen wangkingan waoe wonten tanganipoen kijai Ageng Madja. Dene kasagahipoen kijai Ageng Madja bade anerangaken dateng Madjapait, temenipoen namoeng angapoes-krama. Mila saben kangetaken soepados toemoenten sowan dateng Madjapait, wangsoelanipoen namoeng : inggih sandika. Dena jen kasereg sabab poenapa dereng sowan, wangsoelipoen sengadi sakit, oetawi mratelakaken bab warni-warni.
        Lami-lami Goesti Kalak angsal katerangan ingkang jakin, jen wangkingan kijai Djaroeman waoe pantjen dipoen melikaken pijambak dening kijai Ageng Madja. Awit saking poenika Goesti Kalak sakalangkoeng doeka, wasana ladjeng amepakaken abdinipoen sadaja, ngloeroegi kijai Ageng Madja. Kadjawi bade anoendoeaken wasesa dateng kijai Ageng Madja, sebab saking tjidranipoen. Nalar makaten waoe ladjeng kapireng dening kijai Ageng Madja. Sarehne pijambakipoen roemaos dosa, mila ladjeng miroeda saanak rajatipoen dateng doesoen Koeloeng tanah. Samboejan bawah ing Soerakarta. Wiwit wektoe poenika ngantos  saladjengipoen kijai Ageng Madja ladjeng boten ketjap malih.
Sarawoehipoen Goesti Kalak wonten ing Madja, sampoen kapanggih sepen. Mila sanget tjoewaning panggalih dene boten kaleksanan ing karsanipoen. Ananging ladjeng kapoepoes, narimah dateng lelampahipoen.
       Goesti Kalak lestantoen angrateni tanah Madja. Boten gantalan tacen saking miroedanipoen kijai Ageng Madja nagari Madjapait karisak dening raden Patah Soeltan ing Demak. Dene praboe Brawidjaja lolos saking nagari kaderekaken pandita satoenggal. Ladjeng amertapa wonten ing goewa Kalak. Ananging goesti Kalak boten pirsa jen ingkang rama mertapa wonten ing ngrikoe.

IV.             GOESTI KALAK ANGRASOEK AGAMI ISLAM.

     Katjarijos nalika djaman karaton ing Demak, ingkang dados panggenanipoen tanah Tembajat bawah Soerakarta, wasta kijai Ageng Tembajat. Agamanipoen sampoen Islam.
Kijai Ageng Tembajat miring pawartos jen ing tanah Madja wonten poetra ing Madjapait adjedjoeloek goesti Kalak. Angratoni tanah Madja saha angedaton wonteen ing Ngretati. Ananging agamanipoen taksih boeda. Kijai Tembajat soemedya angeslamaken goesti kalak waoe.
     Sasampoenipoen kamanah prajogining lampah, pijambakipoen ladjeng mangkat dateng Ngretati. Ambekta anakipoen prawan ingkang  langkoeng endah ing warni. Sadoemoeginipoen ing Ngretati, mbek prawan ladjeng toemoet moegoet pantone ing sabinipoen goesti kalak. Dene kijai Ageng Tembajat namoeng anggedawang saking tebihan dateng anakipoen ingkang moegoet. Ing wektoe sijang noedjoe benter sanget kijai Ageng Tembajat keraos ngelak, mila ladjeng amendet degan.
Pamendetipoen boten dipoen penek, ananging namoeng dipoen erog kemawon. Pratengkah makaten kawoeningang dening goesti kalak. Goesti Kalak estoe eram dene wonten tijang gadah karosan kados makaten. Mila kijai Ageng Tenbajat ladjeng katimbalan, kadangoe asal toewin pinangkanipoen. Kijai Ageng Tembajat amratelakaken titi poenapa sai dangoenipoen goesti Kalak. Saha njaosi priksa jen datengipoen ing ngrikoe poenika preloe angeteraken anakipoen prawan soemedya bara moegoet pantoen.
     Goesti Kalak angandika dateng kijai Ageng Tembajat dawoehipoen makaten : “ Kijai, mbesoek maneh Manawa kowe ngoendoeh dawegan oetawa kalapa, adja  ka erog kaja  maoe ikoe. Wong ngoendoeh kalapa ikoe detjike mangkene, “  Ngandika makaten waoe astanipoen sarwi ngawe oewit kalapa. Oewit kalapa ladjeng  toemeloeng ngantos toemempel ing siti. Goesti Kalak ladjeng ngoendoeh kalapa ing sasenengipoen, sarta ngandika : … Lah mangkene patrape wong apek dawegan, dadi ora loewih saka praloene. Balik Manawa dierog, dalah bloeloeke katoet meloe gogrog, wekasane gawe pitoena akeh.”
      Kijai Ageng Tenbajat sanget eram aningali kalangkoengipoen goesti Kalak. Ing wektoe poenika anakipoen dipoen oendang. Tjiptaning batos soepados goesti Kalak priksa dateng woedjoeding anakipoen.
      Sareng goesti Kalak priksa dateng anakipoen kijai Ageng Tembajat , ing batos sanget anggenipoen kasmaran. Ananging dipoen samoedana. Wasana ladjeng ngandika makaten : “ Ikoe anakmoe kijai. Roepane manis. Tandoeke aloes toer djatmika, jen kowe dangan anakmoe ikoe dakepek dadi padaran, saka pandoegakoe wong resik sarta manis kaja anakmoe ikoe olah-olahane ija sedep sarta resikan.”
Kijai Ageng Tembajat sanget bingah miring pangandikanipoen goesti Kalak makaten poenika. Tjiptanipoen bade kasembadan poenapa saestaning manah. Mila boten mawi kamanah malih sapamoendoetipoen goesti Kalak ladjeng dipoen sandikani kemawon. Wasana ladjeng pamit mantoek dateng Tembajat.
       Katjarijos sapengkeripoen kijai Ageng Tembajat, mbok prawan ladjeng ngladosi goesti Kalak wonten ing kadaton Ngretati. Goesti Kalak sakalangkoeng  kasmaran. Saking boten tahan ing panandangipoen gandrung, mbok prawan ladjeng katantoen poenapa poeroen kapoendoet garwa.
Mbok prawan amangsoeli, sampoen ingkang kapoendoet dados garwa, sanadjan namoeng kapoendoet dados garwa pangrembe inggih sandika nglampahi. Ananging sarehning pijambakipoen tijang Islam, manawi kaningkah tjara agami Boeda, njoewoen mopo. Goesti Kalak boten koewawi anahan asmareng gandroeng. Mila sapanjoewoenipoen mbok prawan dipoen pitoeroeti.
Kala samanten goesti Kalak ladjeng tindak dateng Tembajat, sareng-sareng kalijan mbok prawan. Sadangoenipoen ing Tembajat ladjeng santoen agami Islam, saha ladjeng magoeroe dateng kijai Ageng Tembajat, ing bab reh patokaning agami Islam. Sasampoenipoen poetoes dateng agami Islam, ladjeng ningkah dateng prawan anakipoen kijai Ageng Tembajat. Wonten ing Tembajat boten patos lami, goesti Kalak dalah garwanipoen ladjeng koendoer dateng Ngretati.
      Katjarijos sasampoenipoen goesti Kalak mandjing agami Islam, sadaja goena kawidjajan, kanoeragan toewin kasantikanipoen sirna babarpisan. Saha ladjeng kasoepen dateng garwanipoen kawitan. Rinten daloe tansah kados mimi lan mintoena kalijan garwanipoen ingkang saking Tembajat.
Garwa sepoeh sanget soesah saha merang ing galih. Toewin roemaos boten kangge. Sasampoenipoen kasarantosaken ngantos kawahdasa dinten ingkang raka estoe boten kaengetan dateng sariranipoen, ladjeng lolos dateng Klatak, wonten ing ngrikoe ladjeng moeksa moeroet ing kadewan.
Ing saladjengipoen goesti Kalak moelangaken agami Islam dateng tetijang tanah Madja sadaja. Wiwit ing wektoe poenika tijang ing tanah Madja sadaja gantos agami Islam.
        Goesti Kalak lestantoen dados goegoenoenganipoen tijang tanah Madja. Sareng seda kasarekaken wonten ing Ngretati, djedjer pasarehanipoen ingkang garwa saking Tembajat.
Ing sasedanipoen goesti Kalak katjoengkoep. Pajonipoen sirap, Pager gebjog, Bebaloenganing tjoengkoep, sirap, toewin gebjogipoen sadaja kadjeng djatos. Ingkang dados djoeroe koentji wiwit kala djaman samanten ngantos djaman sapriki taksih toeroen-toemoeroen dateng anakipoen djaler pembadjeng. Ing wektoe poenika ingkang dados djoeroe koentji wasta : Djagaresa, sampoen toemoeroen kaping sanga saking djoeroe koentji sapisan.
Toeroenipoen goesti Kalak ingkang pantjer djaler kados ing ngandap poenika :
1.      Goesti Kalak :
2.      Kijai Godeg, grija ing doesoen Sekar :
3.      Kijai Bekel, grija ing doekoeh Boegel :
4.      Kijai Tanoepraja, grija ing doesoen Kendal :
5.      Kijai Patragata, grija ing doesoen Kendal :
6.      Kijai Kretatroena, grija ing doesoen Kendal :
7.      Kijai Kertadjaja, grija ing doesoen Kendal :
8.      Kijai Naladjaja, grija ing doesoen Kendal :
9.      Kijai Troenamenggala, grija ing doesoen Kendal.
     Kepek isi djimat peparingipoen praboe Brawidjaja ing Madjapait dateng goesti Kalak, sasedanipoen goesti Kalak kawarisaken dateng ingkang poetra ingkang wasta kijai Godeg, ing doesoen Sekar. Makaten toeroen-toemoeroen sapangandap. Ing dinten poenika wonten tanganipoen tijang wasta Troenamenggala ing doesoen Kendal. Troenamenggala poenika toeroen kaping sanga saking Goesti Kalak. Dene enem sepoehipoen Troenamenggala ing wektoe poenika, kinten-kinten oemoer 60 taoen, poetoenipoen sampoen katah.
     Kepek waoe salaminipoen dipoen sanggar wonten sanginggiling patileman. Sarta boten nate kaoengkoelan ing tijang. Poenapa malih saben dinten Djoemoeah toewin Anggara Kasih dipoen oengkoep ing doepa.
Kepek waoe isinipoen :
1.      Dipoen wastani : Badong satoenggal idji :
2.      Dipoen wastani : Kelatbaoe satoenggal idji :
3.      Dipoen wastani : Koeloek-matak satoenggal idji :
4.      Serat karopak 30 idji.
     Ingkang dipoen wastani “ BADONG ” waoe. Ingkang kadamel saking kentel petak. Kalinting mawi dipoen dondomi. Wangoenipoen kados oesoes-oesoes saroewal. Agengipoen sadridji. Pandjangipoen 3 kaki.
     Ingkang dipoen wastani “ KELATBAOE “ poenika, ingkang kadamel sami oegi saking kentel petak, sami kalijan ingkang kadamel Badong. Kalinting, sarta kadamel wangoen gelang. Agengipoen sadridji. Agengipoen gelangan njamleng sagelanganipoen baoe.
Wondene ingkang dipoen wastani “ KOELOEK-MATAK “ poenika wangoenipoen njamleng kados ketoe oetawi kerpoesipoen lare ing djaman sapoenika. Kadamel saking lawon geroesan sarta kaetjet ing lisah tangloe.
    Serat Karopak waoe kaserat sastra djawi sarta temboeng djawi ingkang kaangge nalika djaman Madjapait. Wewangoenanipoen sastra toewin lagoening oekara katah soelajanipoen kalijan sastra saha oekara ingkang kaangge ing djaman sapoenika. Serat Karopak waoe sampoen risak kateda ing boeboek.
   Saking tjarijosipoen Troenamenggala, serat Karopak waoe katerangan ing bab patrap panganggenipoen satoenggal-satoenggaling djimat. Poenapa malih mratelakaken kasijatipoen. Dene panganggenipoen namoeng manawi pinoedjoe dateng ing peperangan. Trapipoen makaten : Koeloek kaangge kados limrahipoen tijang ngangge koeloek ; Badong kaangge slempang ;  Kelat-Baoe kaangge gelang wonten ing baoe tengen. Menggah kasijatipoen ; tegoeh timboel abawa leksana toer tansah winongwong ing djawata, wekasan oenggoel ing djoerit.
Kadjawi poenika, ing wekasanipoen serat Karopak waoe wonten oengel-oengelan makaten :
“ Ing satoeroen-toeroenira ora soesah magang ing pradja. Entenana bae, mbesoek jen ana kendali larab, djaran lan tjemeti saka wetan teka dewe, ing kono woes toemeka mangsane tedakira timboel ing pradja. “
      Sinten ingkang gadah waris wadjib nampeni kepek waoe. Kedah sinaoe sadjarahipoen goesti Kalak, kados ingkang kaseboet ing nginggil.
Ing sasedanipoen goesti  Kalak, ing tanah Madja boten katjarijos malih sinten ingkang dados pengageng.
     Dene kadaton Ngretati poenika boten wonten patilasanipoen poenapa-poenapa, kadosta, banon talesing beteng  oetawi talesing kadaton, poenapadene wewangoenan sanesipoen, sadaja sepen. Kadjawi
namoeng wonten poentoek alit satoenggal, sarta kadjeng djatos sakembaran. Poentoek waoe katjarijos ing soewaoe siti inggil, dene kadjeng djatos sakembaran waoe kawastanan Djatilawang. Katjarijos poenika labet gapoeran Prenahing kadaton poenika ing samangke woedjoed ara-ara. Tetijang ing ngrikoe boten poeroen anjawijah, awit adjrih ing wilalat.

























READ MORE - SEJARAH KALAK (BABAD MAJA)